Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus



A.  Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Menurut Para Ahli
Menurut Wikipedia, Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
Anak Berkebutuhan Khusus ABK atau Anak Luar Biasa ALB adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran dan Rizzo, 1979).
Frieda Mangunsong dalam buku "Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus", 2009:4 Anak Berkebutuhan Khusus atau Anak Luar Biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal; ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau kapasitasnya secara maksimal.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
1. Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur   anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
2.  Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dariimpairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.

\
B.   Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khuhus (ABK)
Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh masing-masing anak.
Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain:tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakanbahasa isyarat.

1.      Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurutKaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaantulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktifitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
      
2.        Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatanIQ. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.



3.       Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

4.      Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasukcelebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

5.      Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

6.      Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

7.  Cerebral palsy 
Gangguan / hambatan karena kerusakan otak(brain injury) sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik




8. . Autistis
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

9 Gifted (anak berbakat)
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, da tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya(anak normal)
10. Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

11. Asperger 
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.


12. Lamban belajar (slow learner) :
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.




13.  Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.

C.     Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Faktor Penyebab
Tidak ada faktor penyebab tunggal yang mengakibatkan anak berkebutuhan khusus. Berbagai macam penyebab kelainan yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan atau kelainan sehingga mereka dikelompokkan menjadi anak luar biasa (ALB).
1)      Faktor penyebab internal
Penyebab faktor internal adalah berbagai penyebab yang terjadi berasal dari dalam diri anak itu sendiri.
Misalnya anak dilahirkan dengan membawa kecacatan / kelainan atau penyimpangan.

2)      Faktor penyebab eksternal
Penyebab faktor eksternal adalah berbagai penyebab yang terjadi diluar diri anak itu sendiri, misalnya terjatuh atau pengaruh lingkungan yang kurang menunjang.

3)      Penyebab ditinjau dari waktu terjadinya gangguan
a.      Faktor penyebab yang terjadi saat prenatal (dalam kandungan)
Meliputi segala penyebab yang terjadi pada saat sebelum dilahirkan (dalam kandungan ibu), sebab-sebab yang terjadi pada saat prenatal meliputi :
1.      Anoxia (kekurangan oxigen)
Pada trimester pertama bayi sangat sensitif terhadap kekurangan okxigen, yang sangat berpengaruh terhadap peredaran darah pada janin. Gangguan ini terjadi diakibatkan karena terjadinya pendarahan (blooding), lilitan placenta pada saluran nafas, dan tekanan yang terjadi saat ibu terjatuh saat kehamilan.
2.      Maternal infection diseases
Yaitu infeksi yang terjadi akibat penyakit atau kelainan yang dialami ibu disaat hamil, misalnya : 
Campak (Rubella)
Infeksi akibat toxoplasma







b.      Faktor penyebab yang terjadi saat natal
Meliputi segala penyebab yang terjadi pada saat lahir atau partus.
1.      Anoxia atau asphyxia
Yaitu kekurangan oksigen pada saat lahir, akibat dari tali pusat yang melilit, pinggul ibu yang sempit.
2.      Kesalahan obat
Disaat ibu hamil menggunakan obat-obatan dengan dosis yang tinggi sehingga akan menimbulkan proses pernafasan, suhu badan menurun, yang berakibat kerusakan otak pada sang bayi.

3.      Trauma
Hal ini terjadi akibat partus yang sulit misalnya :
·         Kepala yang melebihi proporsi atau ukuran kepala yang lebih besar.
·         Penggunaan vacum extractic.
·         Waktu partus terlalu lama, bayi terhenti di cervic.
·         Letak bayi sunsang.
·         Perubahan yang mendadak pada kelahiran caesar.
4.      Prematuritis
Kelahiran yang tidak cukup waktu dan berat badan.
5.      Meningritis purulenta
Peradangan yang terjadi pada saat selaput otak yang menimbulkan perlengketan dan rusaknya sel otak

c.       Faktor penyebab yang terjadi saat postnatal
Meliputi segala penyebab yang terjadi setelah lahir sampai dengan usia 3 tahun. Sebab terjadinya kelainan pada saat postnatal meliputi :
1.      Trauma (terjadi kecelakaan, geger otak/brain damage).
2.      Infeksi pada otak
·         Meningitis (sekaput otak)
·         Encephalitis (sel-sel otak)
·         Meningoencephalitis
3.      Neoplasma misalnya tumor dan kanker otak.
4.      Intoxikasi (keracunan makanan dan obat-obatan)
5.      Anoxia, asphyxia
6.      Gangguan pembuluh darah ke otak.





D.    Data Statistik Tentang ABK di Indonesia Tahun 2013,2014,dan 2015
Data Statisik untuk para penyandang Stabilitas/ ABK dalam segi umur dari yang muda sampai yang tua pada tahun 2013.




Data Statistik untuk para penyandang Stabilitas/ ABK dalam segi kelompok umur,jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,tempat tinggaldan indeks kepemilikan dari yang muda sampai yang tua pada tahun 2013.
Dan Data statistic mencatat tentang ABK pada tahun 2014 dan 2015 ada berjumlah kurang lebih 1,6 juta jiwa yang tersebar di seluruh Tanah Air Indonesia dan yang mendapatkan pendidikan hanyalah sekitar 160 ribu lebih saja para penderita ABK yang mendapatkan kesmpatan untuk belajar dan mendaptkan pelayanan dari pemerintah.


DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2012). Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Kementerian Kesehatan. (2008). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan. (2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

World Health Organization. (2011). World Report on Disability. Geneva: World Health Organization.





Komentar

Postingan Populer